kisah aminah yang mendadak jadi pria, arifin
Sejak lahir dia berjenis kelamin perempuan. Tapi, ketika mulai duduk di bangku MTs (setingkat SMP), dia berubah menjadi pria. Nama pun berganti, dari Aminah menjadi Amin Wahyu Bahtiar. Inilah kisah tentang Aminah alias Amin itu.
GUNAWAN, Boyolali
PERUBAHAN jenis kelamin yang dialami Aminah tersebut terkuak ketika keluarganya datang ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Boyolali pada Jumat pekan lalu (29/4). Saat itu petugas di instansi tersebut terkaget-kaget atas maksud kedatangan orang tua Aminah, pasangan Parno, 36, dan Surati, 36.
Kepada petugas, mereka meminta nama anaknya dalam akta kelahiran diganti, yakni dari Aminah menjadi Amin Wahyu Bahtiar. Tentu saja permintaan tersebut tak bisa langsung dikabulkan. Sesuai prosedur, dispendukcapil harus memverifikasi yang bersangkutan. Yakni, memeriksa alat kelamin Aminah.
Baru kemarin (4/5) tim verifikasi itu mendatangi rumah Aminah di Dusun Kepoh, Desa Sembungan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali. Rumah tersebut sangat sederhana. Luas bangunannya sekitar 8 x 12 meter. Di depan rumah tampak tumpukan kayu.
Siang kemarin, kedatangan tim verifikasi yang dipimpin Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Pencatatan Sipil dan Pengelolaan Dokumen Ahmad Qowim itu disambut keluarga Aminah. Tim lantas mewawancarai Parno dan Surati. Setelah itu, baru mereka memeriksa kondisi Aminah alias Amin. Seusai memeriksa, tim verifikasi menyimpulkan bahwa Aminah memang layak disebut pria. "Kami sempat kaget setelah memeriksa," kata Qowim.
Dia menyatakan, dengan melihat perubahan alat kelamin itu, tidak perlu menerbitkan akta kelahiran baru untuk Amin. "Akta yang lama tetap bisa digunakan, dengan syarat diberi catatan pinggir tentang jenis kelamin dan nama baru. Prosesnya paling hanya sepekan sudah jadi," jelas Qowim.
Jawaban tersebut melegakan Parno dan Surati, termasuk si Amin. "Saya akhirnya mendapat status baru," ujar Amin.
ABG berumur 15 tahun itu memang lahir dengan jenis kelamin perempuan. Hingga lulus SD, anak pertama di antara dua bersaudara tersebut masih dianggap perempuan. "Ini ijazah saya," kata Amin kepada Radar Solo (Jawa Pos Group).
Tampak dalam ijazah itu, nama Amin masih tercantum Aminah dan berjenis kelamin perempuan. Foto Aminah juga terlihat agak panjang. Lulus SD, Aminah lantas melanjutkan ke MTsN Tinawas, Nogosari. Di sekolah itu, dia pun berperilaku sebagai perempuan. Ke sekolah berjilbab dan berkumpul murid-murid perempuan lain.
Surati menceritakan, sebenarnya ketika Amin kelas tiga SD, ada yang aneh pada alat kelaminnya. Saat itu, di antara celah alat kelamin perempuan muncul semacam tonjolan daging menyerupai penis. "Waktu itu saya langsung membawa anak saya ke rumah sakit di Semarang," cerita ibu dua anak tersebut.
Oleh dokter yang memeriksa, Amin disarankan untuk dioperasi. "Karena biayanya mahal, kami disarankan untuk mengurus surat askes atau jamkesmas untuk minta keringanan biaya," papar perempuan yang sehari-hari membantu suaminya bekerja sebagai pengepul kayu bakar tersebut.
Surati menambahkan, pihaknya sebenarnya sudah mengurus jamkesmas. Tapi, sampai sekarang surat itu tak kunjung turun.
Saat menunggu kepastian jamkesmas selama bertahun-tahun lamanya itu, terjadi perubahan pada kondisi fisik Aminah. Lambat laun alat kelamin prianya lebih menonjol. Bahkan, dua bulan lalu, alat kelamin pria itu tampak sempurna. "Yang aneh menurut saya, alat kelamin perempuan anak saya seperti nggak ada bekasnya," tegas Surati.
Bersamaan dengan itu, di leher Aminah muncul jakun layaknya seorang pria. Suaranya pun berubah semakin besar. Saat itu Surati dan suaminya kembali memeriksakan anaknya ke dokter di Semarang. Hasilnya, alat kelamin Aminah memang sempurna mengarah ke pria. "Saat itu dia (Aminah) langsung saya khitankan. Namanya kami ganti menjadi Amin Wahyu Bahtiar," jelasnya.
Untuk melengkapi persyaratan administrasi, pihak keluarga mengurus surat penetapan di Pengadilan Negeri (PN) Boyolali. Melalui surat bertanggal 4 April 2011 yang ditandatangani hakim Saiful Anam itu, disebutkan bahwa Aminah yang berjenis kelamin perempuan berubah menjadi pria bernama Amin Wahyu Bahtiar. "Penetapan mengurus perubahan jenis kelamin itu, kami habis sekitar Rp 3 juta," ujar Surati.
Amin menceritakan, sejak duduk di bangku MTsN, dirinya sebenarnya sudah merasakan keanehan. "Saya saat itu sudah merasa sebagai laki-laki. Tapi, karena sejak kecil dianggap perempuan, saya pun terpaksa bertingkah menjadi perempuan. Mulai berdandan, pakai rok, dan pakai pakaian yang serbapanjang. Itu membuat saya tersiksa," ungkapnya. "Saya pun lebih suka bergaul dengan pria, bermain layang-layang dan sepak bola," imbuh murid kelas IX MTsN tersebut.
Gara-gara lebih suka bermain dengan pria, oleh teman-temannya, Amin saat itu disebut gadis tomboi. "Saya cuek dengan ejeken itu. Syukurlah, saya sekarang sudah menjadi pria seperti yang saya inginkan," ujarnya.
Meski demikian, dia akan menyimpan semua pakaian perempuannya sebagai kenang-kenangan. Ada kisah menarik setelah Aminah "resmi" menjadi Amin. Saat itu adalah hari pertama Amin kembali ke sekolahnya setelah resmi menjadi pria. "Saat masuk ke sekolah, dia (Amin) dianggap murid baru. Teman-temannya pangling," ungkap Sastro Musrih, 60, kakek amin